Table of Content

Posts

Menyoal Agama Teroris

 


Mempertanyakan agama seorang teroris tentu berbuntut ironi. Tidak berhenti sampai di situ, perlu sebuah perenungan panjang dalam mengulik jawaban tegas, apakah sejatinya agama yang dianut teroris itu sendiri. Bahwa kemudian yang dijadikan sejumlah alasan seorang teroris dalam aksi terorisme yang dilakukan lebih condong ke agama Islam, namun di satu sisi muncul pertanyaan mendasar bahwa benarkah Islam mengafirmasi akan tindakan teroris yang menghalalkan darah sesama manusia ?

Sebuah renungan yang dituangkan Anwar Kurniawan di dalam buku ini akan menjawabnya. Pemilihan judul yang tentu menurut subjektif saya sendiri, dapat menggugah rasa penasaran calon pembaca di tengah maraknya kasus-kasus terorisme di berbagai wilayah, mengenai sebenarnya apa agama yang mereka imani ?

Anwar tidak hanya menguraikan logika runtut dalam menjelaskan pertanyaan sekaligus dapuk judul buku; Apa Agama Teroris ?. Suguhan akan esai-esai segar menyangkut isu agama, berbalut ragam latar belakang kepentingan di tengah jagad media kita hari ini, dengan epic dirangkum menjadi sebuah bacaan ringan namun radikal. Ada tiga tema besar yang mencoba dikuliti, sejauh peninjauan penulis buku terhadap fenomena terjadi di media sosial. Ketiga tema tersebut terangkum dalam tajuk; Ontran-ontran keIslaman, Dinamika Pendakwah Umat Muslim dan terakhir Peristiwa Sosial Politik Mutakhir. 

Taruhlah satu esai yang mengulas mengenai praktik seminar poligami. Memang poligami menjadi isu yang tak kian usang melewati sejumlah peradaban hingga sekarang. Buktinya masih banyak praktik-praktik seruan poligami baik dalam lingkup kajian tertutup hingga terang-terangan. 

Poligami masih tetap konsisten di bawah payung syariat Islam, karena fakta historis tak terelakan juga dengan landasan shahih sebagai legitimasi. Namun, bukan soal poligami yang ingin dipersoalkan, menyangkut praktik seminar yang terkesan mendorong seseorang untuk menjadi hamba paling teladan dalam mengikuti jejak Nabi.

Mendorong ke arah tersebut tentu tidak salah namun, bilamana cara dan landasan yang dijadikan dasar tidak tepat, tidak kah itu tepat ? Bagaimana tidak narasi yang digulirkan dalam praktik seminar tersebut mendakwahkan, bahwa poligami sebagai salah satu hal yang paling paripurna dalam syariat pernikahan(hlm: 80).

Inilah yang kemudian menjadi sebuah gambaran mendasar bahwa dalam menerjemahkan sunnah Nabi sangat terkesan ngawur dan serampangan.

Lain lagi dengan esai yang tak kalah menguras rasa kantuk saat membaca umat kanjeng Nabi Muhammad Saw, yang enggan masuk surga (hlm:30). Anwar menarik gambaran fenomena tersebut bersama isu-isu keagamaan yang menegang di tengah kehidupan sosial kita hari ini.

Hendak diakui atau tidak, media sosial merupakan arena terbuka pertarungan wacana berbagai isu keIslaman. Sialnya, hal tersebut tidak hanya dimanfaatkan dari kelompok Islam moderat yang memberikan pencerahan kepada umat medsos sekalian. Namun, juga menjamurnya berbagai penyesatan oleh sekelompok Islam, dengan dakwah-dakwah terkesan menyulut ketegangan dan perpecahan dalam kehidupan sosial. 

Tafsir-tafsir agama seringkali didengungkan dengan tanpa otoritas keilmuan yang kredibel. Semisal dalam persoalan hijab yang telah mengalami pergeseran, bukan hanya sebagai alasan syariat namun menjadi tren gaya hidup perempuan hari ini. (hlm: 98) Persoalan mendasar inilah yang barangkali menjadi kegelisahan awal atas lahirnya buku ini. 

Dengan memotret berbagai fenomena populer yang terus berlalu lalang di media sosial hari ini, setidaknya kita akan lebih berhati-hati dalam memilih sosok yang dapat kita pegang tindak tanduk beserta pitutur luhurnya. Dengan tidak gampang percaya atas obralan dalil yang menjadi senjata utama mereka. Belum tentu hal tersebut memiliki mata rantai keilmuan yang bersambung kepada para ulama’ yang jelas-jelas telah kenyang melahap ilmu agama, sehingga merekalah yang dapat mengantarkan kita sampai kepada Nabi Muhammad Saw. 

Bukankah, mata rantai keilmuan (sanad) memiliki kedudukan serius dalam agama, setidaknya begitu kata Abdullah bin Mubarak dalam shahih Muslim. Selamat membaca

Artikel ini pernah dimuat di https://nyabtu.com/menyoal-agama-teroris/

Post a Comment